Showing posts with label hikmah. Show all posts
Showing posts with label hikmah. Show all posts

Monday, September 17, 2012

Mendiagnosa Nobel


Karena tadi malam tidak sholat tahajjud, Jabil berencana sholat subuh berjamaah, tentu untuk mencari ganjaran pengganti. Jabil belakangan ini semangat beribadah, bisa jadi karena dikirimi sarung putih 100% katun dari ibundanya tercinta. Jabil sadar bahwa sarung itu hasil kerja keras ibunya yang bekerja menjual daun pisang klutuk. Warna putih sarung menggambarkan keinginan ibunya agar Jabil jadi anak yang berbakti kepada Tuhannya dan orang tuanya. Sholatnya kali ini ingin di tempat lain, bukan di Mushola Al Iman melainkan Masjid At Taqwa.
Hanacaraka, Masjid At Taqwa itu adalah masjid pertama yang dibangun di kota. Dibangun dengan gotong-royong para penduduk dan ‘ulama yang amat dekat dengan masyarakat saat itu, Kiai Syarif. Tidak seperti masjid-masjid zaman ini yang dananya bersumber dari “meletakkan tangan di bawah”, haqqul yakin, semua dari masyarakat dan niatnya untuk sodaqoh jariyah. Selain itu, ada yang spesial di  halaman masjid, sebuah Pohon Kurma ! Sungguh aneh. Pohon itu bijinya diambil dari kurma saat Kiai Syarif berhaji. Sepertinya masalah habitat yang tidak tepat bukan halangan Allah men-kun fayakun-kan pohon itu tumbuh pesat dan berbuah lebat, layaknya di Arab saja.
Jabil tidak berangkat sendirian, ada Jadidi di sampingnya. Walaupun agak jauh dan mata belum terbuka sepenuhnya , masjid itu amat membuat Jabil rindu untuk kembali, imamnya pengertian, lama sholatnya sedang, tak cepat, tak juga lambat, suaranya merdu, fashohahnya mantap, makhrojnya sempurna, tak lupa,bau misknya menyebar radius 1 km, mirip Muammar, qori’ kondang itu.
Siang harinya, di kampus, Jabil membuka e-mail dan ada 1 surat yang tak biasa. Dari maillist langganannya. Potongan isi suratnya begini, “…sebagai pemuda penerus bangsa, apalagi notabene kita berwawasan sains yang tinggi, hendaklah kita berbakti kepada Negara, semua menurut bidang yang kita geluti, bagi yang berkuliah di bidang sains dan terapan , mari meneliti dan persembahkan medali Nobel untuk negeri !” Terngiang terus isi surat tadi, Jabil perlahan mengamini statement itu. Dan Jabil tahu akan membuat alat apa, dispenser tanpa galon ! seperti yang dikatakan Kang Jenang dulu, yang diceritakan oleh Jadidi saat ia bertanya tentang Ghozzah. Barangkali saja ia bisa menang nobel kemanusiaan, membantu orang-orang Ethiopia mendapat air bersih pikirnya. Nanti setelah sholat subuh besok, rencananya Jabil akan mampir ke rumah Kang Jenang, sang sumber ide.
Jalannya 68.400 detik lebih sedikit telah berlalu. Ternyata saat keluar dari Masjid Taqwa, Jabil dan Jadidi dihampiri Kang Jenang dari belakang, rupanya ia baru saja pulang dari Pare-pare, habis menguji tesis mahasiswa S2. Ia bukan dosen, tapi sering diajak temannya yang dosen untuk turut menguji tesis, ya karena memang Kang Jenang orangnya kritis.  “Kang, kami mampir ya ke rumah Kang Jenang”, kata Jabil. “Lho, mau apa Bil?”, Kang Jenang heran. Jabil tak menjawab, hanya prangas-pringis sendiri, Jadidi manut saja.
Di rumah, Kang Jenang diceritai Jabil apa yang dialaminya. Lalu, Jabil berkata -dengan mengambil pose Chairil Anwar - “Nobel Kang ! Beri aku restumu !” Jadidi santai saja, lebih fokus ke makanan di depannya.
“Indonesia akan bangga padamu, begitukah ?”
“Iya Kang.”
“Indonesia akan bisa berjalan tegak di hadapan negara lain tanpa menunduk seperti biasanya ha?”
“Benar sekali Kang.”
“TKI di luar negeri akan berjingkrak, tak malu lagi dengan KTP mereka ?”
“Otomatis !”
“Bodoh !”
“Lho, kenapa Kang ?” Tanya besar dalam hati Jabil.
“Kau taruh dimana akal sehatmu Bil ? Kau titipkan di penjual es dawetkah ?”
“Maksud Kang Jenang ?”
“Pasti dalam niat belajar kau ingin pintar ya ? Itulah kesalahan yang sering diperbuat orang. Kenapa niatmu bukan untuk menghilangkan kebodohan. Inilah hasilnya, kebodohanmu tetap ada walau dirimu bertambah pintar”, kata Kang Jenang. “Nobel, lupakan saja !”, lanjut Kang Jenang lagi. Jabil ingin berontak tapi tak bisa, ada  sesuatu yang menghalangiya.
“Tahu apa kau tentang Nobel ? Katanya, katanya, dan katanya, itulah yang kau tahu tentang Nobel.”
Yaa ayyuhalladziina aa manuu laa ta' kulurribaaa adh 'aa fammudhoo'afah , janganlah kamu memakan riba !”  Kang Jenang meminum wedang rondenya dan berkata lagi dengan nada halus, “Bil, hadiah nobel itu bersumber dari bunga bank tabungan Nobel -nama orang-, hadiah itu diberikan kepada orang-orang yang katanya berjasa di bidangnya, lagipula, ajang itu nantinya mendorongmu untuk sombong, gaya, pecicilan, walau niat awalmu mulia.”
“Dan rasanya kau sudah tahu kalau riba terkecil saja sama dengan menggauli ibu kandung sendiri, mau kau menabung dosa sebesar itu ?”
“Jadi ku ulangi, Indonesia akan bangga padamu, begitukah ?”
Diam.
“Indonesia akan bisa berjalan tegak di hadapan negara lain tanpa menunduk seperti biasanya ha?”
Diam.
“TKI di luar negeri akan berjingkrak, tak malu lagi dengan KTP mereka ?”
Diam sediam-diamnya.
“Jadi lebih baik kau ciptakan alat yang memang mudah dan bermanfaat bagi masyarakat, penghargan dari masyarakat tentunya lebih jujur dan apa adanya meski tak ada SK dari bupati. Bantu nelayan kecil, ciptakan dinamo berbahan bakar minyak ikan, besarkan nilai efisiensinya, nanti juga kau akan digelari insinyur oleh masyarakat meski kau tidak kuliah. Atau tetap ciptakan dispenser tanpa galon itu, meski Singapura sudah mendahuluimu...”
“...............”
“Jadi alhamdulillah juga ya orang Indonesia belum ada yang dapat nobel”, Jadidi yang dari tadi diam sekarang nyeletuk.
Gara-gara Jadidi, semua tertawa. “Ya Allah, jadikan kedua anak ini berbakti kepadaMu, kepada gurunya, dan kepada orang tuanya”, ucap Kang Jenang sambil mengusap kepala keduanya.
Dari jauh, ibu Jabil tiba-tiba merasa tentram, telinganya berdenging sesaat.


OBROLAN MII 1430 H

Diambil dari kumpulan karya Muhammad Anis Al-Hilmi

Thursday, September 13, 2012

Azan, Antara Tuntunan dan Budaya



Gambar dari: gurbag.blogspot.com
“Sesungguhnya salat itu lebih baik daripada tidur” kira-kira begitulah arti sepenggal kalimat azan subuh. Setiap hari, dalam lima waktu suara azan terdengar dari speaker masjid-masjid.
Proses azan terus bergerak ke arah barat bumi. Perbedaan waktu antara timur dan barat adalah satu jam. Oleh karena itu, setelah azan selesai di Sulawesi, maka azan segera bergema di Jakara disusul Sumatera. Setelah di Indonesia selesai azan kemudian berkumandang di Malaysia. Seterusnya azan mengelilingi dunia dan kembali ke Indonesia dan terus seperti itu.
Dalam sejarahnya, tradisi azan lahir setelah melalui berbagai diskusi panjang antara Rasulullah SAW dengan para sahabat. Mereka mencari-cari benuk yang tepat untuk menandai waktu shalat. Ada yang mengusulkan kepada Nabi supaya dikibarkan bendera saat shalat tiba. Tetapi Nabi tidak tertarik dengan ide ini. Selanjutnya ada yang mengusulkan meniup terompet.
Masalah itu terus bertahan sampai beberapa tahun lamanya. Seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menemui Rasulullah. “Ya, Rasulullah dalam mimpiku semalam sesungguhnya ada yang menemui aku sambil membawa lonceng. aku bertanya padanya apakah dia hendak menjual lnoceng itu untuk memanggil orang-orang ke tempat salat?” kisah Abdullah bin Zaid.
Orang yang berada dalam mimpi Abdullah bin Zaid lalu mengucapkan “Allahu Akbar… Allahu akbar.. ” sampai akhir azan. Rasulullah membenarkan mimpi itu, maka kalimat yang ada dalam mimpi Abdullah bin Zaid itu menjadi sarana untuk menandai waktu salat. Bilal menjadi orang pertama yang mengumandangkannya.
Yang Mana Tuntunan, Yang Mana Budaya
“Dilihat dari semantiknya azan jelas tuntunan. Kalau bicara lagam azan, baru itu produk budaya. Karena pada kenyataannya azan di setiap tempat itu berbeda,” ujar Ahmad Fuad pengamat budaya dari UIN (Universitas Islam Negri)Bandung, Senin (10/9). “Hanya dengan perkembangan media ada yang disebut hegemoni (penyamaan), jadi karena efek media tersebut bahkan azan di Tasik dan di Saudi bisa sama.”
Pernah mendengar azan pitu? Tradisi azan ini sangat unik karena dilakukan oleh tujuh orang muslim secara bersamaan. Azan pitu hanya ada di sebuah masjid yang terletak di sebelah barat alun-alun Keraton Kesepuhan Cirebon, Masjid Sang Cipta Rasa.
Tradisi ini telah berlangsung selama lima ratus tahun! Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi muazin azan pitu. Namun, sebagian besar muazin merupakan keturunan dari muazin azan pitu sebelumnya.
“Itu jelas adalah produk budaya. hanya jika kita berbicara soal azan pitu, kita harus tahu dulu bagaimana sejarah azan pitu, siapa yang mengajarkannya, apa maknanya,” ujar Ahmad.
Literatur mengenai sejarah perkembangan azan memang sulit ditemukan. Kebanyakan buku-buku yang ada cenderung membahas tentang sejarah penyebaran agama Islam dan Kerajaan Islam di Indonesia. Padahal perjalanan azan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Wallahu A’lam Bishawab[Tr]

Memahami Kemarau Kering 2012


Kemarau kali ini diberitakan cukup kering. Kebakaran hutan dan lahan mudah terjadi karena keringnya rumput dan semak yang mudah terbakar. Danau atau waduk yang menyusut airnya terjadi di berbagai daerah. Diberitakan warga di beberapa daerah mulai kesulitan mendapatkan air. Sebenarnya kemarau kali ini bukanlah kemarau berkepanjangan, seperti sering diberitakan oleh beberapa media, karena saat ini memang masih musim kemarau. Hal yang sering ditanyakan adalah mengapa kemarau kali ini begitu kering dan kapan akan berakhir? Sebab utama kemarau kering adalah berkurangnya curah hujan dan minimnya massa uap air akibat mendinginnya laut di sebagian besar wilayah Indonesia. Sebab lainnya adalah rusaknya lingkungan sehingga cadangan air tanah menjadi berkurang drastis.
a
(Gambar: trmm.gsfc.nasa.gov) 
Data curah hujan dari satelit TRMM menunjukkan di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi selama Agustus sampai awal September curah hujan di bawah rata-rata (ditandai dengan warna kuning sampai coklat). Mengapa itu bisi terjadi? Dengan pengetahuan sains atmosfer, mari kita memahami terjadinya kemarau yang kering. Ini berbeda dengan kemarau 2010 yang cenderung basah (Bacahttp://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/07/09/memahami-kemarau-basah-2010/).
Musim kemarau di Indonesia adalah kondisi periodik tahunan yang terjadi ketika matahari berada di belahan utara, yang normalnya terjadi antara Juni – Agustus.  Dengan pemanasan di belahan utara, maka tekanan udara di belahan Utara yang mengalami musim panas  menjadi lebih rendah daripada di belahan Selatan yang mengalami musim dingin. Dengan perbedaan tekanan udara itu, maka udara berpindah dari belahan Selatan ke Utara berupa angin musiman (angin monsun). Namun, arah pergerakan angin tidak lurus dari Selatan ke Utara, karena bumi kita berputar pada porosnya. Efek koriolis akibat rotasi bumi menyebabkan angin di belahan Selatan ekuator bergerak dari arah Tenggara ke Barat Laut. Kemudian setelah melintasi ekuator, angin membelok ke arah Timur Laut. Variasi arah angin di beberapa lokasi di pengaruhi oleh faktor tekanan udara lokal atau efek dinamika udara lokal.
a
Gambar aliran angin pasat dari belahan Selatan bergerak dari arah Tenggara lalu membelok ke arah Timur Laut. Pola angin seperti itu adalah pola normal selama kemarau. Pola-pola pusaran menunjukkan kondisi tekanan udara rendah (Low, L), tekanan udara tinggi (High, H), atau dinamika di wilayah peralihan di sekitar ekuator karena pusaran eddy (E).  Angin dari belahan Selatan tidak terus ke arah ktub Utara. Menjelang lintang menengah ada juga angin pasat yang bergerak dari Timur Laut ke arah Barat Daya. Angin dari belahan Utara ini kemudian berkonvergensi (menyatu)  menyebabkan udara hangat menaik sambil membawa uap air yang membentuk awan konveksi yang menjulang.  Wilayah pertemuan angin dari belahan Selatan yang dingin dengan angin dari belahan Utara yang hangat menyebabkan terjadinya daerah pembentukan awan yang aktif yang dinamakan ITCZ (Intertropical Convergence Zona, Zona Penyatuan Wilayah Tropis) yang sering juga disebut oleh para pelaut sebagai “Doldrums”.
a
a
(Dari http://www.ux1.eiu.edu/~cfjps/1400/circulation.html)
Dari Wikipedia
Dari Wikipedia
ITCZ yang tampak sebagai gugusan awan yang tebal umumnya mengikuti wilayah daratan membentang mengelilingi bumi. Di wilayah ITCZ itu sering terjadi pusat badai tropis. Itu sebabnya sekitar Juli-Agustus merupakan musim badai tropis di sekitar Filipina sampai China.  ITCZ mencapai posisi paling Utara sekitar bulan Juli yang dari segi waktu merupakan puncak musim kemarau. Dengan bergesernya daerah konvergensi ke Utara, maka daerah pembentukan awan di wilayah Indonesia juga berkurang. Inilah yang menyebabkan berkurangnya hujan saat msuim kemarau. Kemudian ITCZ akan kembali bergeser ke Selatan secara perlahan.
Dari http://moklim.dirgantara-lapan.or.id/content/ir1-overlay dengan penambahan gambaran ITCZ
Dari http://moklim.dirgantara-lapan.or.id/content/ir1-overlay dengan penambahan gambaran ITCZ
Sampai awal September ini ITCZ masih berada di Utara wilayah Indonesia. Itu pula sebabnya peluang hujan masih rendah di wilayah Indonesia karena daerah pembentukan awan masih di luar wilayah Indonesia. Efek kekeringan bukan hanya disebabkan bergesernya daerah pembentukan awan secara reguler ke Utara, tetapi yang juga harus diperhatikan adalah massa uap air yang dibangkitkan oleh pemanasan laut di sekitar Indonesia. Ketika laut di wilayah Indonesia relatif lebih dingin dari rata-rata, maka peluang pembentukan uap air pun menjadi minim.
Dari http://www.ncdc.noaa.gov/oa/climate/research/sst/weekly-sst.php
Dari http://www.ncdc.noaa.gov/oa/climate/research/sst/weekly-sst.php
Data  satelit menunjukkan pada akhir Agustus 2012,  suhu permukaan laut di sekitar Indonesia lebih dingin dari rata-rata (ditunjukkan dengan warna hijau sampai biru muda) sehingga pembangkitan uap air di wilayah Selatan Indonesia menjadi sangat minim, di bawah rata-rata. Itu pula yang menyebabkan  kemarau 2012 menjadi kemarau yang kering.
Kapan akan berakhir? Secara normal, September – November adalah masa peralihan ketika matahari mulai bergerak ke Selatan. Itulah musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. ITCZ mulai bergeser ke Selatan. Daerah pembentukan awan mulai kembali memasuki Indonesia yang menandai berakhirnya  musim kemarau. Pada musim pancaroba hujan sesekali turun, walau kadang bersifat lokal. Kemudian secara normal Desember-Februari  akan menjadi musim hujan ketika ITCZ berada di wilayah Indonesia. Namun, bila kondisi suhu permukaan laut di sekitar Indonesia masih relatif dingin di tambah efek El Nino lemah (ditandai dengan suhu permukaan laut di Pasifik yang relatif tinggi, lihat peta anomali suhu permukaan laut di Pasifik yang berwarna merah), maka massa uap air pembentuk awan cenderung berkurang juga. Kalau itu masih terjadi, maka diprakirakan akhir musim kemarau pada umumnya agak tertunda.  Namun, berakhirnya musim kemarau setiap daerah akan dipengaruhi juga oleh kondisi lokal yang terkait dengan faktor-faktor pembentukan awan dan penyebarannya. Jadi, memantau pergeseran ITCZ bisa membantu memprakirakan secara garis besar masuknya musim hujan, walau variasi tiap daerah bisa saja terjadi tergantung kondisi lokalnya.
T. Djamaluddin, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, LAPAN

Monday, September 10, 2012

Rantai Kumandang Azan Tak Pernah Putus



Foto dari: http://blogmayada.blogspot.com
Hingga saat ini azan masih bisa kita dengarkan kumandangnya. Begitu pun di penjuru dunia lainnya. Tidak bisa kita hitung lagi berapa kali azan berkumandang sejak pertama kali Bilal bin Rabbah mengumandangkannya.
Perbedaan waktu antara satu tempat dengan tempat lain membuat azan menjadi tidak berhenti berkumandang. Contohnya saja, setelah azan magrib berkumandang di Sumatra, azan isya mulai berkumandang di Sulawesi. Mari simak selengkapnya.
Proses ini berlangsung dari arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara barat dan timur pulau di Indonesia adalah satu jam. Jadi, setelah azan berkumandang di Sulawesi, satu jam kemudian azan berkumandang di Jakarta, disusul kumandang azan di Sumatra. Belum berakhir di Indonesia, azan sudah berkumandang di Malaysia.
Selanjutnya Burma. Setelah itu, dalam beberapa jam dari Jakarta, azan sudah berkumandang di Dacca, ibukota Bangladesh. Dari Bangladesh dilanjutkan azan di bagian barat India, dari Kalkuta terus Sinanggar. Kemudian menuju Bombay dan menyebar di seluruh kawasan India.
Sebuah kota di Pakistan utara, Sinagar dan Sialkot memiliki perbedaan waktu empat puluh menit dengan Kota di Bluchistan, provinsi di Pakistan. Dan dalam waktu itu sudah dapat terdengar azan subuh. Sebulum selesai disitu, azan sudah berkumandang di Afganistan dan Muscat.
Satu jam berikutnya azan berkumandang di Makkah, Madinah, Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak. Bagdhad dan Iskandariayah di Mesir memiliki perbedaan waktu satu jam. Dan selama jam itu pun azan berkumandang di Siria, Mesir, Somalia, dan Sudan.
Karena Iskandariyah dan Tripoli, ibu kota Libiya memiliki lokasi waktu yang sama, jadi proses panggilan salat terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Hingga sampailah kumandang azan yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia di pantai timur Samudera Atlantik.
Sebulum kumandang azan tiba di pantai Atlantik, terlebih dulu azan duhur berkumandang di kawasan timur Indonesia dan sebelum mencapai Decca, azan asar telah berkumandang. Begitu azan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu magrib menyusul.
Tidak lama setelah waktu magrib mencapai Sumatera, azan isya telah dimulai di Sulawesi. Bila di Indonesia dikumandangkan azan subuh, maka di Afrika dikumandangkan azan isya. Begitulah kalimat-kalimat tauhid dan kenabian Rasulullah SAW yang tak pernah sepi dikumandangkan di dunia.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.” Surat Shaad ayat 27. Subhanallah, sungguh Allah tidak membuat hal secara kebetulan. Selama bumi masih berputar, selama itu pun pula azan tidak pernah berhenti berkumandang di muka bumi. Dalam hal seperti ini yang mungkin selama ini tidak kita perhitungkan, ternyata semua dibuat luar biasa oleh-Nya. Maka, masih adakah yang membuat kita ragu kepada-Nya?[Tr]

*Dari berbagai sumber

Wednesday, September 5, 2012

Mana yang Lebih Baik, Mendahulukan Puasa Syawal atau Membayar?

Gambar dari http://hajahsofya.blogspot.com
Puasa Syawal merupakan puasa yang berpahala serupa dengan puasa non stop selama satu tahun. Merupakan sebuah karunia jika kita dapat menyanggupi berpuasa enam hari di bulan Syawal tersebut. Namun, bagi kaum perempuan, “hutang” puasa yang belum terbayar pada bulan Ramadan kemarin terkadang menjadi pertimbangan pelik. Lebih baik puasa Syawal yang rentang waktunya hanya satu bulan? Atau puasa qadha yang rentang waktunya panjang (sampai akhir bulan Sya’ban depan)?
Jika dilihat dari segi yang paling baik, puasa qadha lebih utama. Hal ini karena membayar puasa Ramadan itu hukumnya wajib. Ibadah wajib, apapun statusnya tentu lebih tinggi daripada ibadah yang sunah.
Memang, ada beberapa orang yang mengatakan lebih baik puasa Syawal dulu. Ini karena rentang waktunya terbatas satu bulan saja. Sedangkan puasa qadha masih panjang waktunya. Dapat disimpulkan, mereka melihatnya dari segi pertimbangan waktu.
Hanya saja, terdapat kelemahan jika kita mengacu pada pertimbangan waktu. Kita tidak mengetahui kapan hidup kita berakhir. Pertimbangan bahwa mendahulukan membayar puasa Ramadan ketimbang puasa Syawal mengacu pada poin ini.
Kaidah-kaidah fiqih mengenai mendahulukan puasa qadha dapat disarikan dari fiqih prioritas. Ketika bertemu dengan beberapa pilihan amal, kaidah fiqih menjadi panduan bagi kita untuk memilih. Kaidah-kaidah fiqih prioritas bersumber dari saripati ayat-ayat suci Alquran, hadis, serta atsar sahabat.
Pertimbangan prioritas dapat pula dilihat dari hadis riwayat Muslim, “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan kemudian menyusulkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka bagaikan telah berpuasa sepanjang tahun.”
Para ulama menjelaskan bahwa yang benar adalah tidak boleh berpuasa Syawal sebelum membayar utang puasa Ramadannya, dengan alasan perkara wajib harus didahulukan daripada yang sunah. Oleh karena itu, dengan menyegerakan pelunasan utang puasa Ramadan berarti menyegerakan ketaatan yang lebih prioritas.
Dalam hadis tersebut dijelaskan, puasa Syawal mengikuti ( fa’atba’ahu ) puasa Ramadan, bukan sebaliknya. Memang, keutamaan puasa Syawal bagaikan telah berpuasa selama setahun. Namun, tentu dengan catatan jika dikerjakan setelah menyempurnakan puasa Ramadan terlebih dahulu. Wallahu a’lam bish-shawab.
*Berdasarkan hasil wawancara dari Ustad Yajid Kalam dan Konsultasi AgamaRepublika, Senin, 5 September 2011


Monday, August 6, 2012

Kebiasaan Saat Puasa, Pemicu Kegemukan


Posted: 02 Aug 2012 09:20 PM PDT
sumber gambar http://sidomi.com/
Setiap tahun, sekitar satu milyar penduduk muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Selain bermakna spiritual yang tinggi, puasa Ramadan memiliki efek yang baik bagi kesehatan, salah satunya menurunkan berat badan. Tidak heran, banyak orang yang memanfaatkan momentum bulan Ramadan untuk menjadi lebih ramping. Sayangnya, pada akhir puasa, keluhan berat badan naik justru semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sesuatu yang salah dengan pola makan yang di gunakan selama ini. Oleh karena itu, ada baiknya mengetahui kebutuhan tubuh agar tidak salah dalam berstrategi.
Secara etimologi, puasa dalam bahasa Arab disebut shiyâm atau shaum, artinya menahan. Sedangkan secara terminologi, shaum adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Tentunya puasa yang baik tak hanya sekedar menahan lapar dan haus, agar tidak batal. Diperlukan kesabaran lebih agar pemaknaannya tak hilang. Misalnya sabar dalam beribadah, mengendalikan amarah, hingga menahan emosi untuk menyantap makanan secara berlebihan saat sahur maupun berbuka puasa.
Penelitian Abed Bakhotmah dari Universitas King Abdul Azis menyebutkan, terdapat empat kebiasaan yang berubah di masyarakat saat bulan puasa tiba. Perubahan tersebut adalah pola makan, pola tidur, aktivitas fisik, serta jenis makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan penelitian, keempat hal ini ternyata memiliki andil yang cukup besar dalam akan menentukan berat badan di akhir puasa nanti. Apakah berat badan akan turun, tetap, atau justru naik.
Mengenal Sumber Energi Tubuh
Secara umum, tubuh kita terdiri atas empat komponen, yaitu cairan, masa otot, lemak, dan organ tubuh. Jika salah satu komponen tersebut berkurang, otomatis berat badan pun akan berkurang. Tentunya modifikasi yang paling sehat untuk menurunkan berat badan adalah dengan mengeliminasi kelebihan lemak.
Lemak berperan utama dalam pembentukan sel. Selain itu, juga berfungsi untuk penyimpanan vitamin, menyusun hormon seksualitas, meregulasi sistem pertahanan tubuh, dan cadangan energi. Di dalam tubuh, lemak berasal dari sumber makanan seperti lemak hewani dan nabati, atau terbentuk dari kelebihan kalori di dalam tubuh.
Kebutuhan kalori sebagai sumber energi salah satunya ditentukan oleh indeks massa tubuh. Indeks tersebut didapat dari perhitungan antara berat badan dan tinggi badan. Ada tiga sumber kalori yang diperlukan oleh tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap gram karbohidrat dan protein setara dengan 4 kilokalori, sedangkan lemak 9 kilokalori. Setiap harinya, tubuh kita memerlukan sumber energi dari karbohidrat sebanyak 55-65%, protein 12-15%, dan lemak 20-30%.
Ketiga sumber kalori ini akan diubah menjadi energi dalam bentuk glukosa. Zat utama pembuat glukosa adalah karbohidrat. Saat makanan yang mengandung karbohidrat diubah menjadi glukosa, sebagian akan digunakan sebagai energi. Sebagian lainnya disimpan sebagai cadangan glukosa di dalam hati dan otot. Cadangan ini disebut glikogen. Inilah yang menjelaskan mengapa ketika kita berpuasa, saat siang hari terasa lemas, tetapi tidak lama kemudian bugar kembali. Saat glukosa dalam darah habis, tubuh akan memecah glikogen. Jika glikogen telah habis, tubuh akan memecah cadangan lemak menjadi glukosa kemudian protein.
Selain indeks massa tubuh, usia dan aktivitas juga mempengaruhi asupan yang diperlukan tubuh. Misalnya pada remaja yang sedang tumbuh, kebutuhan kalorinya jelas lebih banyak dibanding orang dewasa dengan postur sama.
Aktivitas Fisik dan Pola Makan
Dalam kondisi tidak puasa, kebutuhan rata-rata energi sehari sebesar 2000 kilokalori, sementara saat puasa cenderung menurun. Ketika puasa, jadwal makan berubah menjadi malam hari, yakni selepas magrib dan sebelum subuh. Ada kecenderungan makanan yang dikonsumsi saat berbuka adalah yang berkalori tinggi, sementara saat sahur justru berkalori rendah.
Setiap berbuka puasa, biasanya kolak menjadi makanan pembuka utama. Makanan ini diolah dari pisang, kadang dicampur dengan kolang-kaling dan labu siam, yang disajikan dengan santan dan gula aren. Sedap memang rasanya. Akan tetapi, satu menu kolak tersebut setara dengan kurang lebih 300 Kkal. Belum lagi makanan utama yang hampir tidak bisa tanpa nasi, disertai cemilan antara berbuka dan sahur. Makanan yang dikonsumsi pun biasanya mengandung kalori yang tinggi.
Aktivitas fisik saat puasa pada umumnya menurun. Contohnya bertambahnya jam tidur. Selepas sahur tidur, siang hari tidur lagi, malam pun tidur lebih awal. Berolahraga pun jarang dilakukan. Padahal saat tidur, tubuh akan menganggap kebutuhan energi sebatas untuk tidur. Akibatnya, sumber energi yang tidak terpakai akan disimpan. Bisa dibayangkan berapa banyak kalori yang ditimbun setiap harinya.
Selain dapat menaikkan berat badan,timbunan kalori berupa lemak berpotensi menimbulkan penyakit. Setidaknya ada tiga faktor yang sering muncul dan dapat mempercepat timbulnya penyakit, yaitu tingginya tekanan darah, kadar lemak, dan kadar gula. Maka wajar bila di akhir bulan Ramadhan, kebanyakan orang mengeluh berat badannya naik, bahkan menjadi mudah sakit. Padahal dengan pola makan yang normal dan sesuai dengan kebutuhan, hal tersebut seharusnya bisa dihindari.
Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Mimbar Akademik Harian Pikiran Rakyat pada tanggal 26 Juli 2012.

Friday, August 3, 2012

Muhammad Nuh: Lima “Pohon” yang Harus Ditanam


Posted: 01 Aug 2012 06:00 PM PDT
Muhammad Nuh, Mendikbud Kabinet Indonesia Bersatu II. (Foto: Fery AP)
Terdapat lima pohon yang harus ditanam dalam “rumah” kehidupan kita. Begitu taklimat dari seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kini dalam ceramah Tarawih Masjid Salman ITB, Sabtu (28/7) lalu. Muhammad Nuh, setelah siang hari didapuk menjadi pembicara di OSKM ITB, malam itu menjadi penceramah Tarawih 9 Ramadan 1433 H silam.
Pohon pertama adalah pohon ilmu. Nuh mengutip atsar (perkataan) Ali yang berbunyi, “Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya ia hiasan bagi orang kaya dan penolong bagi orang fakir.” Namun, kita harus senantiasa ingat jika ilmu itu harus diamalkan.
“Jika tidak diamalkan, pohon ini seperti pohon tidak ada buahnya,” ungkap Nuh.
Ia menceritakan, di zaman kerajaan Islam pada masa lampau, terdapat orang yang dapat memasukkan benang ke lubang jarum dari jarak lima meter. Orang tersebut mendemonstrasikan keahliannya kepada khalayak. Namun, bukannya diberi penghargaan. Pihak kerajaan malah menghukuminya dengan cambuk 100 kali.
“Alasan dari pihak kerajaan, memangnya keahlian tersebut bermanfaat? Jika tidak bermanfaat, buat apa?” papar Nuh.
Menurut Nuh, sebagai seorang muslim, berbasahlah kita dengan cipratan samudra keberfaedahan. Sejatinya,  ilmu itu sepantasnya selalu berdampingan dengan pengamalannya.
Pohon kedua adalah pohon kasih sayang. Nuh mencontohkan dengan Sayyidina Ali yang begitu sabar dengan kelakuan menyebalkan seorang kakek. Kakek yang berjalan lambat tersebut dikiranya akan menuntunnya ke Masjid. Namun, ternyata kakek tersebut tidak jadi ke Masjid. Akhirnya, ia pergi ke masjid sendiri. Sayangnya, ia harus masbuk pada rakaat terakhir. Rasulullah yang sedang memimpin shalat kemudian memperlama rukuknya, sehingga Ali bisa rukuk.
“Ketika ditanya jemaah yang lain, mengapa Rasulullah memperlama rukuknya, ia menjawab ‘Ini kasih sayangku terhadap Ali karena ia berhasil sabar dengan seorang kakek yang menyulitkannya’.” ungkap Nuh.
Ketiga pohon lain yang harus ditanam, menurut Nuh, adalah pohon kesabaran, pohon syukur, dan pohon kejujuran. ***

Thursday, August 2, 2012

Pola Makan Berbahaya Saat Sahur dan Buka Puasa


Posted: 31 Jul 2012 09:57 AM PDT
sumber gambar http://www.folsomyummykitchen.com/
Oleh Nurlienda Hasanah
Selama Ramadan, pola makan kita jadi berubah. Waspadai hal-hal berikut agar tetap bisa menjalani ibadah shaum dengan sehat.
Makan terlalu kenyang
Makan yang terlalu kenyang menyebabkan gangguan pencernaan. Makan secara berlebihan dalam Islam jelas dilarang. Nabi SAW telah memberi tuntunan bahwa perut sebaiknya terdiri tiga bagian, 1/3 bagian makanan, 1/3 air dan yang penting juga 1/3 udara.
Jika jumlah makanan dalam lambung terlalu banyak atau melebihi kapasitas enzim pencernaan yang yang diproduksi, maka makanan tidak tercerna dengan sempurna. Makanan yang tidak tercerna sempurna ini kemudian masuk ke usus dan menyebabkan fermentasi, salah cerna, dan menimbulkan gas.
Akibat makan berlebihan menimbulkan gejala berupa rasa sakit perut dan perut terasa penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Gejala ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau. Selain perut menjadi tidak enak juga dapat berakibat muntah dan diare serta menurunnya kebugaran.
Makan berlebihan mengakibatkan saluran pencernaan bekerja keras sehingga tubuh jadi lemas, kelelahan dan malas. Kenaikan gula darah yang melonjak yang mengakibatkan produksi insulin berlimpah. Selain itu, makan berlebihan memicu asam amino masuk ke dalam otak kita dan mengakibatkan kantuk.
Jadi tidak heran jika kita kenyang maka kawannya adalah mengantuk.Padahal, setelah sahur kita akan melaksanakan aktivitas seharian. Pun setelah berbuka, kita akan melaksanakan tarawih.
Makan olahan yang digoreng
Hindari makanan yang digoreng (deep fried) karena dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti mual, heart burn, kembung, dan peningkatan berat badan. Selain itu membuat perut terasa kenyang, padahal asupannya miskin zat gizi. Makanan yang mengandung tinggi lemak juga akan menyebabkan tubuh lesu dan kelelahan akibat tubuh memerlukan kerja ekstra untuk mencernanya
Minum minuman yang mengandung coklat, kafein dan gula (teh, kopi, softdrink)

Minuman dan makanan tersebut ketika sahur sebaiknya dihindari karena bersifat diuretik. Maksudnya, tidak memberikan air untuk tubuh tapi malah menghabiskannya. Ini karena pemrosesan gula tingkat tinggi pada softdrink dan kawan-kawan memerlukan sejumlah besar air dalam tubuh.
Minuman dan makanan yang mengandung kafein bersifat diuretik, dapat menimbulkan keluhan sakit kepala akibat dari efek ketagihan, iritabiitas dan mood swing. Hati-hati, ya, para pecandu kafein.***
Pola Makan Berbahaya Saat Sahur dan Buka Puasa from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Tuesday, July 31, 2012

Hormon Cinta dan Kinerja Otak Meningkat Saat Berpuasa


Posted: 27 Jul 2012 08:09 AM PDT
Foto dari: http://th05.deviantart.net
Ramadhan penuh cinta ternyata bukan hanya disebabkan faktor psikologis kejiwaan. Hal ini juga bisa dibuktikan dari sisi biologis. Kinerja otak serta perilaku alam bawah sadar dapat menjadi lebih baik karena aktivitas puasa di bulan Ramadan.
dr. Tauhid, salah satu dosen Fakultas Kedokteran Unisba mengatakan, dengan berpuasa kita akan menjalani pola hidup baru. Pola baru ini akan menjadi acuan untuk mengoptimalkan siklus sikardian. Siklus sikardian merupakan jam biologis yang mempengaruhi pola tidur seseorang.
“Pola baru tersebut antara lain bangun sepertiga malam, serta menahan nafsu dasar seperti makan minum dan syahwat,” ujar Tauhid.
Siklus sirkadian yang optimal akan menurunkan kadar hormon stres. Kemudian, siklus tersebut digantikan dengan peningkatan hormon tenang dan hormon cinta. Selanjutnya, kadar hormon stres turun dan digantikan oleh peningkatan hormon tenang dan hormon cinta.
“Puasa melatih kita untuk merubah tekanan menjadi energi perubahan,” simpul Tauhid.
Pada mulanya, siklus sikardian ditandai dengan terjaganya hormon cemas; ACTH dan kortisol, setelah kita melalui minggu pertama. Saat tumbuhan tidur, berespirasi, dan tidak berfotosintesa maka kadar oksigen lingkungan akan turun disaat menjelang fajar. Kondisi ini akan mendorong respon manusia untuk menurunkan basal metabolic rate dan tidur yang dalam dengan nafas yang lambat.
Saat kita diminta bangun maka tahap awal akan terjadi penolakan dan muncul tekanan. Pengelolaan penolakan dan tekanan ini adalah proses riyadah atau pelatihan yang komprehensif. Baru pada selanjutnya akan terjadi buah dari proses tersebut yang telah di sebutkan tadi, yaitu penurunan hormon stres yang digantikan dengan meningkatnya hormon tenang dan hormon cinta.
Aspek lain yang terlibat saat puasa adalah kinerja otak. Pengaturan pembatasan asupan kalori mampu mengubah struktur otak. Penjabarannya seperti ini, aktivitas puasa mengharuskan kita melakukan rutinitas sahur, tidak makan serta minum dan mengontrol nafsu dari mulai terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Secara simultan, otak akan merekam segala kegiatan yang kita lakukan. kegiatan tersebut  berkaitan dengan sifat otak yakni neuroplastisitas. Maka dari itu, dari puasa tadi sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang baru. Dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan minimal 21 hari.
“Ringkasnya apabila seseorang melakukan perbuatan baik (puasa) secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah,” papar Tauhid.
Penelitian yang terakhir datang dari Harvard university. Seorang psikiater Harvard, John Rately melakukan percobaan dengan alat Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI). Hasilnya menunjukkan, pengaturan dan pembatas kalori dalam puasa meningkatkan kinerja otak.[Tr]

Mantan Marinir Amerika Masuk Islam di Salman


Posted: 28 Jun 2012 06:00 PM PDT
Dipandu Salim Rusli (kanan), Ozzie memantapkan hatinya memeluk Islam sebagai agamanya dengan mengucap dua kalimat syahadat. [Foto: Fery AP]
Osborne Simmons (43), mantan marinir Amerika Serikat mengucapkan ikrar syahadat pada Kamis (28/06) pagi di Salman ITB. Ozzie, demikian ia biasa dipanggil, pensiun dari militer pada tahun 2008. Sebelumnya, pria asal South Carolina kelahiran Desember 1968 ini bertugas di bagian Public Service and Communication.

“Pada dasarnya tugas saya adalah memastikan kebutuhan para anggota keluarga dari pasukan yang sedang berdinas keluar negeri,” ujar pria kulit hitam yang mengaku keturunan Jamaika ini. Karena itu, ia tidak pernah ditugaskan keluar AS seperti Irak atau Afghanistan. Mr. Simmons pensiun dengan pangkat terakhir Staff Sergeant.

Ozzie menyatakan keluarganya tidak keberatan atas keputusannya memeluk Islam. Bahkan sebelum terbang ke Indonesia, ia sempat menelepon Ibunya untuk meminta izin masuk Islam. Ibunya sendiri telah menikah lagi dengan seorang Muslim, meski Ozzie belum dapat memastikan apakah ibunya juga telah menganut Islam atau tidak. Adapun Ozzie, setelah ditinggal mati istrinya, hidup bersama dua orang anak remajanya, seorang putra dan putri. Mereka berdua pun tidak keberatan dengan keputusan ayahnya berpindah agama. 

Sedari kecil, Ozzie memang sudah mengenal Islam lewat kawan sepermainannya. Namun, ia mengaku pertama kali tertarik terhadap Islam setelah menonton film dokumenter dari National Geographic. Film berjudul “Inside Mecca” tersebut mengisahkan tantangan yang harus dihadapi tiga orang Muslim dari Afrika Selatan, Malaysia dan Amerika Serikat dalam menunaikan ibadah haji. Film tersebut ditontonnya lewat Skype bersama Leonita (33), wanita asli Bandung yang akan dinikahinya. Selain itu, Ozzie juga banyak berdiskusi dengan kawannya, seorang Muslim di Atlanta.

Oji—demikian sapaan calon ibu mertuanya—berencana memboyong Leonita ke California setelah menikah. Ia akan memulai bisnisnya sendiri di sana. Selamat buat Kang Oji, semoga senantiasa tetap dalam hidayah-Nya. 


Sunday, June 17, 2012

Tafsir Al-’Alaq (1): Menerka Tali Kematian



(Gambar dari: musyafucino.wordpress.com)
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” (QS. Al Alaq : 15-16)
Nasiyah dalam Qur’an sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan padanan “ubun-ubun”. Ubun-ubun sering diasosiasikan sebagai bagian depan kepala manusia. Namun, apakah benar nasiyah yang dimaksud adalah ubun-ubun yang selama ini kita kenal? Beberapa fenomena menunjukkan, manusia yang ubun-ubunnya penyok akibat kecelakaan masih tetap bertahan hidup sampai sekarang. Atau, jika kita melukai ubun-ubun singa, yang ada hanya tergoreslah kepalanya. Singa masih mampu bertahan hidup.
Kerancuan mengenai terjemahan nasiyah ini menjadi bahasan Diskusi Tafsir Ilmiah pada Jumat lalu. Dr. Sony Heru Sumarsono dari Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB menjadi pembahas utama untuk memaknai nasiyah dalam sudut pandang Biologi. Turut hadir pula Ustadz Aceng dari Divisi Pelayanan Dakwah (DPD) Salman ITB sebagai peninjau dari segi bahasa.
Dari segi bahasa, Ustadz Aceng menekankan pentingnya mengkaji makna haraf (kata depan) yang mengawali sebuah kata.  Kemudian, Aceng menjelaskan kata “ba” sebagai kata depan yang mendahului kata nasiyah (“bin nasiyah”) mengisyaratkan makna nasiyah sebagai pusat kesadaran manusia.
Makna yang bisa mendukung bahwa nasiyah ini mempunyai pusat kesadaran ialah musohabah yang artinya disertai. Dari makna ini, dapat disimpulkan bahwa apabila anggota badan manusia berbuat dosa, maka jidat ikut disiksa. Kemudian, apabila mkana ba diberi arti ta’wid, yaitu pengganti, maka makna ini mengisyaratkan apabila ketika nggota tubuh berbuat dosa, maka yang akan menerima siksaannya adalah jidat. Jadi, jidat bertanggung jawab terhadap perbuatan dosa yang diperbuat anggota badan lainnya. Berdasarkan makna di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa nasiyah itulah yang menjadi pusat perintah dari semua organ tubuh.
Kepala Merupakan Tali Kematian?
Dalam slide presentasinya, Sony Heru memaparkan ayat-ayat dalam tiga surat mengenai ubun-ubun. Di antaranya adalah Surat Al-‘Alaq (96):  15-16 (Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka), Surat Ar-Rahmaan (55): 41 (Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka), dan Surat Hud (11): 56 (Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun, melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus ).
Apabila merujuk pada Surat Al-‘Alaq dan Surat Ar-Rahman, Allah menarik serta memegang ubun-ubun orang-orang yang durhaka dan berdosa. Namun, jika merujuk pada Surat Hud, dijelaskan tidak ada suatu binatang melata pun, melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Mengacu pada footnote Qur’an terjemahan miliknya, Sony menganggap binatang melata adalah segenap makhluk Allah yang bernyawa. Jadi, Allah memegang ubun-ubun semua makhluk bernyawa, tak terkecuali yang manusia yang beriman atau pun durhaka.
Jika mendengar term ubun-ubun, kebanyakan orang Indonesia biasanya membayangkan sebuah area di atas permukaan kepala bagian depan. Dalam istilah biologi, area tersebut dinamakan fontanel anterior. Pada saat bayi lahir, tulang tengkorak—termasuk fontanel anterior saling tumpang tindih dengan tulang-tulang tengkorak lain sehingga ukuran kepalanya kecil. Namun, jika telah dewasa, tulang-tulang tersebut saling merenggangkan diri sehingga ukuran kepala pun besar. Ubun-ubun orang dewasa merujuk pada pengertian ubun-ubun pada saat bayi.
Terdapat kecenderungan, manusia menganggap bahwa ubun-ubun adalah kelemahan dari tubuh kita. Oleh karena itu, manusia menganggap kepala harus dilindungi, baik dengan memakai pengikat kepala yang sederhana, blangkon, maupun helm. Jadi, jika kepala kita dipotong, ditembak,  atau digantung, sudah dapat dipastikan bahwa kita akan mati.
Pertanyaannya, apakah orang yang ubun-ubun di kepalanya penyok karena kecelakaan masih bisa hidup? Steven Cloak dari Inggris, walaupun kepala bagian depannya penyok rupanya masih tetap dapat hidup. Cloak, terluka setelah dia dipukul oleh temannya yang mabuk bir. Kepala Cloak pun mengalami luka serius dan harus mendapat banyak jahitan. Dokter bedah harus bekerja kerjas untuk menyusun keping demi keping tulang tengkorak Cloak. Cloak sembuh. Namun jidatnya membentuk lubang besar. Ajaibnya, Cloak masih tetap hidup. Allah SWT masih belum mencabut “ubun-ubunnya”.
Kematian Bisa Datang dari Sebab Apapun
Kemudian, Sony mencontohkan singa yang memiliki surai yang melingkari kepalanya. Bukan tanpa alasan Allah menciptakan surai tersebut di area yang spesifik pada singa. Pada bagian leher, surai bulu tumbuh dengan lebat. Hal ini dikarenakan karena leher merupakan bagian vital dari  tubuh singa yang bisa menyebabkan kematian jika terluka. Jika singa bertarung, lawannya sulit menggigit leher karena terhalang surai lebat yang tumbuh di sekitar lehernya. Namun, apabila bagian kepala sang singa diserang, ia hanya akan mengalami luka-luka.
Rupanya, terdapat kelemahan makhluk hidup yang lain selain kepala. Urat leher. Pembuluh darah pada leher berfungsi  untuk mensuplai darah ke otak. Jika leher kita terluka, proses penyaluran darah ke otak akan terhambat. Nutrisi bagi otak pun tidak ada.
Sony berpendapat, jika “ubun-ubun” mengarah pada hubungan makhluk hidup dengan Allah, tampaknya “ubun-ubun” bermakna “tali kematian”. Lokasinya tidak pasti. Menurut Sony mungkin saja “ubun-ubun” sebagai tali kematian itu memang letaknya berada di kepala. Namun, kurang tepat jika letaknya berada di depan kepala seperti yang selama ini sudah banyak diamini. Sony meyakini jika medulla oblongata merupakan bagian otak paling mungkin untuk dikatai sebagai “tali kematian”. Medulla oblongata ialah salah satu bagian dari batang otak yang merupakan titik awal saraf tulang belakang. Bagian ini mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Definisi dari kematian sendiri, yang telah disepakati dalam ilmu kedokteran adalah ketidakadaan sinyal listrik pada otak. Menurut Sony, orang yang mati suri kemungkinan masih memiliki medulla oblongata yang berfungsi walaupun anggota tubuh lain tidak. Jika kepala manusia diputus, koordinasi antara otak dan organ-organ tubuh lain pun ikut putus. Otak pun tak bisa lama sendiri hidup karena otak memerlukan suplai oksigen melalui darah dari jantung. Jika jantung turut berhenti berdenyut, maka lama kelamaan otak akan kekurangan oksigen dan mati.
Beberapa hewan memiliki keunggulan tertentu. Keunggulan tersebut adalah ketika hewan tersebut dipotong kepalanya, seluruh anggota tubuhnya masih tetap hidup dalam waktu yang lebih lama dibanding manusia. Contohnya entog. Jika entog disembelih dan sayapnya tidak ditali, akan sangat memungkinkan bahwa ia akan terbang tanpa kepala walaupun lama-lama kelak akan mati. Mereka memiliki ganglion-ganglion yang saling berikatan satu sama lain. Ganglion dapat mengendalikan organ-organ tubuh bagian bawah tanpa bantuan kepala hewan tersebut.  Jadi, Sony menyimpulkan, tali kematian hewan-hewan tersebut mungkin terletak pada ganglion.
Walaupun Sony cenderung menyimpulkan bahwa “ubun-ubun” alias tali kematian manusia terletak pada medulla oblongata, sebenarnya terdapat fenomena kematian lain yang bukan disebabkan oleh non-fungsi dari otak. Terdapat penyebab lain yang dapat mengakibatkan manusia mati. Misalnya, ginjalnya rusak atau paru-parunya tidak berfungsi lagi. Sony kemudian mengambil contoh kasus wafatnya Menteri Kesehatan beberapa waktu yang lalu, Endang Rahayu. Baik jantung, ginjal, serta otak dari Endang masih bisa berfungsi. Endang bahkan sempat membuat email beberapa saat sebelum kematiannya. Paru-parunya lah yang tidak berfungsi sedemikian mestinya.
Hal tersebut menunjukkan betapa kuasanya Allah mencabut nyawa kita dengan beragam rupa. Yang jelas, Sony berpendapat “ubun-ubun” merupakan tali nyawa kita dengan Allah. Namun, Allah lebih berkuasa atas penentuan nasib kita. Apakah Allah akan mencabut nyawa kita dengan mematikan fungsi otak, fungsi jantung, atau fungsi ginjal—semuanya terserah padaNya.
Bukan Satu Organ Tubuh
Diskusi tafsir ilmiah ini kemudian menyimpulkan,  nasiyah (“ubun-ubun”) fungsinya mirip dengan qalbu. Qalbu (sering diterjemahkan sebagai “hati”) bukan satu organ tubuh yang bekerja sama satu sama lain sehingga manusia bisa merasakan sesuatu. Qalbu dalam konteks alquranan bukanlah jantung (heart) ataupun hati (liver), namun suatu sistem perasaan.
Begitu pun dengan “ubun-ubun” yang melibatkan seluruh organ tubuh. Orang lain bisa saja memegang kepala Anda, tetapi ia tidak bisa memegang tali kematian Anda. Hal ini karena ia tidak tahu letak tali kematian Anda. Bisa saja Allah tarik tali kematian manusia lewat jantung yang berhenti berdetak. Sehingga, perdebatan mengenai posisi “ubun-ubun” seharusnya tidak perlu kian berlarut. Tuhan dapat mematikan kita dengan cara apapun.
Sony berpendapat, pelajaran yang dapat kita ambil setelah menelaah ayat mengenai “ubun-ubun” adalah sadar apabila hidup kita selalu diawasi Tuhan. Allah dapat menarik “ubun-ubun” Anda kapan saja. Anda tidak memiliki waktu untuk mengelak. Sepatutnya, kita dapat mengambil pelajaran dari QS. Al-Mu’minuun ayat 99-100. Dalam dua ayat tersebut, kaum musyrikin yang sudah dihisab amal perbuatannya meminta agar dikembalikan kembali ke dunia. Tujuannya, tentu untuk berbuat saleh setelah dikembalikan ke dunia. Namun, Allah tidak memberi kesempatan macam itu.
“Anda tidak dapat menerka berapa lama Anda hidup di muka bumi ini. Jadi berbuat baiklah sebanyak-banyaknya. Asal diimbangi dengan kecerdikan sehingga Anda tidak mudah ditipu orang,” pungkas Sony.***
Posted: 11 Jun 2012 11:47 PM PDT
Tafsir Al-’Alaq (1): Menerka Tali Kematian from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Saturday, June 16, 2012

Masya Allah, Pria Ini Mengislamkan Jutaan Orang

REPUBLIKA.CO.ID, Jad adalah seorang pria keturunan Yahudi. Di pertengahan hidupnya, ia memeluk agama Islam. Setelah bersyahadat, ia mengubah namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani.  

Jad pun memutuskan hidupnya untuk berkhidmat dalam dakwah Islamiyah. Dia berdakwah ke negara-negara Afrika dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Sejatinya, Ibunda Jadullah adalah Yahudi fanatik, seorang dosen di salah satu lembaga tinggi. Namun di tahun 2005, dua tahun setelah kematian Jadullah, ibunya memeluk agama Islam.
 
Ibunda Jadullah menuturkan, putranya menghabiskan usianya dengan berdakwah. Dia mengaku telah melakukan beragam cara untuk mengembalikan putranya pada agama Yahudi. Namun, selalu gagal. 
 
''Mengapa seorang Ibrahim yang tidak berpendidikan dapat mengislamkan putraku,'' ujar sang ibu terheran-heran. Sedangkan dia yang berpendidikan tinggi tak mampu menarik hati putranya sendiri kepada agama Yahudi.

                                                                        ***

Kisah Jad dan Ibrahim
 
Lima puluh tahun lalu di Prancis, Jad bertetangga dengan seorang pria Turki berusia 50 tahun. Pria tersebut bernama Ibrahim. Ia memiliki toko makanan yang letaknya di dekat apartemen tempat keluarga Jad tinggal. Saat itu usia Jad baru tujuh tahun.
 
Jad seringkali membeli kebutuhan rumah tangga di toko Ibrahim. Setiap kali akan meninggalkan toko, Jad selalu mengambil coklat di toko Ibrahim tanpa izin alias mencuri. 
 
Pada suatu hari, Jad lupa tak mengambil coklat seperti biasa. Tiba-tiba, Ibrahim memanggilnya dan berkata bahwa Jad melupakan coklatnya. Tentu saja Jad sangat terkejut, karena ternyata selama ini Ibrahim mengetahui coklatnya dicuri. Jad tak pernah menyadari hal tersebut, dia pun kemudian meminta maaf dan takut Ibrahim akan melaporkan kenakalannya pada orang tua Jad.
 
"Tak apa. Yang penting kamu berjanji tidak akan mengambil apapun tanpa izin. Lalu, setiap kali kamu keluar dari sini, ambillah cokelat, itu semua milikmu!" ujar Ibrahim. Jad pun sangat gembira.
 
Waktu berlalu, tahun berubah. Ibrahim yang seorang Muslim  menjadi seorang teman bahkan seperti ayah bagi Jad, si anak Yahudi. Sudah menjadi kebiasaan Jad, dia akan berkonsultasi pada Ibrahim setiap kali menghadapi masalah. 

Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengeluarkan sebuah buku dari laci lemari, memberikannya pada Jad dan menyuruhnya membuka buku tersebut secara acak. Saat Jad membukanya, Ibrahim kemudian membaca dua lembar dari buku tersebut kepada Jad dan memberikan saran dan solusi untuk masalah Jad. Hal tersebut terus terjadi. 

Hingga berlalu 14 tahun, Jad telah menjadi seorang pemuda tampan berusia 24 tahun. Sementara Ibrahim telah berusia 67 tahun.
 
Hari kematian Ibrahim pun tiba. Namun sebelum meninggal, dia telah menyiapkan kotak berisi buku yang selalu dia baca acapkali Jad berkonsultasi. Ibrahim menitipkannya kepada anak-anaknya untuk diberikan kepada Jad sebagai sebuah hadiah.
 
Mendengar kematian Ibrahim, Jad sangat berduka dan hatinya begitu terguncang. Karena selama ini, Ibrahim satu-satunya teman sejati bagi Jad, yang selalu memberikan solusi atas semua masalah yang dihadapinya. 

Selama 17 tahun, Ibrahim selalu mempelakukan Jad dengan baik. Dia tak pernah memanggil Jad dengan "Hei Yahudi" atau "Hei kafir" bahkan Ibrahim pun tak pernah mengajak Jad kepada agama Islam.

                                                                               ***
 
Hari berlalu, setiap kali tertimpa masalah, dia selalu teringat Ibrahim. Jad pun kemudian mencoba membuka halaman buku pemberian Ibrahim. Namun, buku tersebut berbahasa arab, Jad tak bisa membacanya. Ia pun pergi menemui salah satu temannya yang berkebangsaan Tunisia. Jad meminta temannya tersebut untuk membaca dua lembar dari buku tersebut. Persis seperti apa yang biasa Ibrahim lakukan untuk Jad. 
 
Teman Jad pun kemudian membaca dan menjelaskan arti dua lembar dari buku yang dia baca kepada Jad. Ternyata, apa yang dibaca sangat pas pada masalah yang tengah dihadapi Jad. Temannya pun memberikan solusi untuk masalah Jad.
 
Rasa keingin tahuannya terhadap buku itu pun tak bisa lagi dibendung. Ia pun menanyakan pada kawannnya, "Buku apakah ini?" tanyanya. Temannya pun menjawab, "Ini adalah Alquran, kitab suci umat Isam," ujarnya.
 
Jad tak percaya sekaligus merasa kagum. Jad pun kembali bertanya, "Bagaimana cara menjadi seorang Muslim?"  

Temannya menjawab, "Dengan mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat." Kemudian, Jad pun memeluk agama Islam.
 
Setelah menjadi Muslim, Jad mengubah namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani. Nama tersebut diambil sebagai ungkapan penghormatan kepada Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab semua permasalahan hidupnya selama ini. 

Sejak itu, Jad memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupya untuk menyebarkan ajaran yang ada pada Alquran.
 
Suatu hari, Jadullah membuka halaman Alquran pemberian Ibrahim dan menemukan sebuah lembaran. Lembaran tersebut bergambar peta dunia, ditandatangani Ibrahim dan bertuliskan ayat An-Nahl 125. 

"Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik..."  Jad pun kemudian yakin bahwa lembaran tersebut merupakan keinginan Ibrahim untuk dilaksanakan oleh Jad.
 
Jadullah pun meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika. Salah satu negara yang dikunjunginya yakni Kenya, di bagian selatan Sudan dimana mayoritas penduduk negara tersebut beragama Kristen. 

Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari enam juta orang dari suku Zolo. Jumlah ini hanya dari satu suku tersebut, belum lagi suku lain yang berhasil dia Islamkan. Masya Allah.

sumber: 
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/03/29/m1mo1k-subhanallah-pria-yahudi-ini-mengislamkan-jutaan-orang

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons