Monday, September 17, 2012

Mendiagnosa Nobel


Karena tadi malam tidak sholat tahajjud, Jabil berencana sholat subuh berjamaah, tentu untuk mencari ganjaran pengganti. Jabil belakangan ini semangat beribadah, bisa jadi karena dikirimi sarung putih 100% katun dari ibundanya tercinta. Jabil sadar bahwa sarung itu hasil kerja keras ibunya yang bekerja menjual daun pisang klutuk. Warna putih sarung menggambarkan keinginan ibunya agar Jabil jadi anak yang berbakti kepada Tuhannya dan orang tuanya. Sholatnya kali ini ingin di tempat lain, bukan di Mushola Al Iman melainkan Masjid At Taqwa.
Hanacaraka, Masjid At Taqwa itu adalah masjid pertama yang dibangun di kota. Dibangun dengan gotong-royong para penduduk dan ‘ulama yang amat dekat dengan masyarakat saat itu, Kiai Syarif. Tidak seperti masjid-masjid zaman ini yang dananya bersumber dari “meletakkan tangan di bawah”, haqqul yakin, semua dari masyarakat dan niatnya untuk sodaqoh jariyah. Selain itu, ada yang spesial di  halaman masjid, sebuah Pohon Kurma ! Sungguh aneh. Pohon itu bijinya diambil dari kurma saat Kiai Syarif berhaji. Sepertinya masalah habitat yang tidak tepat bukan halangan Allah men-kun fayakun-kan pohon itu tumbuh pesat dan berbuah lebat, layaknya di Arab saja.
Jabil tidak berangkat sendirian, ada Jadidi di sampingnya. Walaupun agak jauh dan mata belum terbuka sepenuhnya , masjid itu amat membuat Jabil rindu untuk kembali, imamnya pengertian, lama sholatnya sedang, tak cepat, tak juga lambat, suaranya merdu, fashohahnya mantap, makhrojnya sempurna, tak lupa,bau misknya menyebar radius 1 km, mirip Muammar, qori’ kondang itu.
Siang harinya, di kampus, Jabil membuka e-mail dan ada 1 surat yang tak biasa. Dari maillist langganannya. Potongan isi suratnya begini, “…sebagai pemuda penerus bangsa, apalagi notabene kita berwawasan sains yang tinggi, hendaklah kita berbakti kepada Negara, semua menurut bidang yang kita geluti, bagi yang berkuliah di bidang sains dan terapan , mari meneliti dan persembahkan medali Nobel untuk negeri !” Terngiang terus isi surat tadi, Jabil perlahan mengamini statement itu. Dan Jabil tahu akan membuat alat apa, dispenser tanpa galon ! seperti yang dikatakan Kang Jenang dulu, yang diceritakan oleh Jadidi saat ia bertanya tentang Ghozzah. Barangkali saja ia bisa menang nobel kemanusiaan, membantu orang-orang Ethiopia mendapat air bersih pikirnya. Nanti setelah sholat subuh besok, rencananya Jabil akan mampir ke rumah Kang Jenang, sang sumber ide.
Jalannya 68.400 detik lebih sedikit telah berlalu. Ternyata saat keluar dari Masjid Taqwa, Jabil dan Jadidi dihampiri Kang Jenang dari belakang, rupanya ia baru saja pulang dari Pare-pare, habis menguji tesis mahasiswa S2. Ia bukan dosen, tapi sering diajak temannya yang dosen untuk turut menguji tesis, ya karena memang Kang Jenang orangnya kritis.  “Kang, kami mampir ya ke rumah Kang Jenang”, kata Jabil. “Lho, mau apa Bil?”, Kang Jenang heran. Jabil tak menjawab, hanya prangas-pringis sendiri, Jadidi manut saja.
Di rumah, Kang Jenang diceritai Jabil apa yang dialaminya. Lalu, Jabil berkata -dengan mengambil pose Chairil Anwar - “Nobel Kang ! Beri aku restumu !” Jadidi santai saja, lebih fokus ke makanan di depannya.
“Indonesia akan bangga padamu, begitukah ?”
“Iya Kang.”
“Indonesia akan bisa berjalan tegak di hadapan negara lain tanpa menunduk seperti biasanya ha?”
“Benar sekali Kang.”
“TKI di luar negeri akan berjingkrak, tak malu lagi dengan KTP mereka ?”
“Otomatis !”
“Bodoh !”
“Lho, kenapa Kang ?” Tanya besar dalam hati Jabil.
“Kau taruh dimana akal sehatmu Bil ? Kau titipkan di penjual es dawetkah ?”
“Maksud Kang Jenang ?”
“Pasti dalam niat belajar kau ingin pintar ya ? Itulah kesalahan yang sering diperbuat orang. Kenapa niatmu bukan untuk menghilangkan kebodohan. Inilah hasilnya, kebodohanmu tetap ada walau dirimu bertambah pintar”, kata Kang Jenang. “Nobel, lupakan saja !”, lanjut Kang Jenang lagi. Jabil ingin berontak tapi tak bisa, ada  sesuatu yang menghalangiya.
“Tahu apa kau tentang Nobel ? Katanya, katanya, dan katanya, itulah yang kau tahu tentang Nobel.”
Yaa ayyuhalladziina aa manuu laa ta' kulurribaaa adh 'aa fammudhoo'afah , janganlah kamu memakan riba !”  Kang Jenang meminum wedang rondenya dan berkata lagi dengan nada halus, “Bil, hadiah nobel itu bersumber dari bunga bank tabungan Nobel -nama orang-, hadiah itu diberikan kepada orang-orang yang katanya berjasa di bidangnya, lagipula, ajang itu nantinya mendorongmu untuk sombong, gaya, pecicilan, walau niat awalmu mulia.”
“Dan rasanya kau sudah tahu kalau riba terkecil saja sama dengan menggauli ibu kandung sendiri, mau kau menabung dosa sebesar itu ?”
“Jadi ku ulangi, Indonesia akan bangga padamu, begitukah ?”
Diam.
“Indonesia akan bisa berjalan tegak di hadapan negara lain tanpa menunduk seperti biasanya ha?”
Diam.
“TKI di luar negeri akan berjingkrak, tak malu lagi dengan KTP mereka ?”
Diam sediam-diamnya.
“Jadi lebih baik kau ciptakan alat yang memang mudah dan bermanfaat bagi masyarakat, penghargan dari masyarakat tentunya lebih jujur dan apa adanya meski tak ada SK dari bupati. Bantu nelayan kecil, ciptakan dinamo berbahan bakar minyak ikan, besarkan nilai efisiensinya, nanti juga kau akan digelari insinyur oleh masyarakat meski kau tidak kuliah. Atau tetap ciptakan dispenser tanpa galon itu, meski Singapura sudah mendahuluimu...”
“...............”
“Jadi alhamdulillah juga ya orang Indonesia belum ada yang dapat nobel”, Jadidi yang dari tadi diam sekarang nyeletuk.
Gara-gara Jadidi, semua tertawa. “Ya Allah, jadikan kedua anak ini berbakti kepadaMu, kepada gurunya, dan kepada orang tuanya”, ucap Kang Jenang sambil mengusap kepala keduanya.
Dari jauh, ibu Jabil tiba-tiba merasa tentram, telinganya berdenging sesaat.


OBROLAN MII 1430 H

Diambil dari kumpulan karya Muhammad Anis Al-Hilmi

Friday, September 14, 2012

Reunion


Thursday, September 13, 2012

Azan, Antara Tuntunan dan Budaya



Gambar dari: gurbag.blogspot.com
“Sesungguhnya salat itu lebih baik daripada tidur” kira-kira begitulah arti sepenggal kalimat azan subuh. Setiap hari, dalam lima waktu suara azan terdengar dari speaker masjid-masjid.
Proses azan terus bergerak ke arah barat bumi. Perbedaan waktu antara timur dan barat adalah satu jam. Oleh karena itu, setelah azan selesai di Sulawesi, maka azan segera bergema di Jakara disusul Sumatera. Setelah di Indonesia selesai azan kemudian berkumandang di Malaysia. Seterusnya azan mengelilingi dunia dan kembali ke Indonesia dan terus seperti itu.
Dalam sejarahnya, tradisi azan lahir setelah melalui berbagai diskusi panjang antara Rasulullah SAW dengan para sahabat. Mereka mencari-cari benuk yang tepat untuk menandai waktu shalat. Ada yang mengusulkan kepada Nabi supaya dikibarkan bendera saat shalat tiba. Tetapi Nabi tidak tertarik dengan ide ini. Selanjutnya ada yang mengusulkan meniup terompet.
Masalah itu terus bertahan sampai beberapa tahun lamanya. Seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menemui Rasulullah. “Ya, Rasulullah dalam mimpiku semalam sesungguhnya ada yang menemui aku sambil membawa lonceng. aku bertanya padanya apakah dia hendak menjual lnoceng itu untuk memanggil orang-orang ke tempat salat?” kisah Abdullah bin Zaid.
Orang yang berada dalam mimpi Abdullah bin Zaid lalu mengucapkan “Allahu Akbar… Allahu akbar.. ” sampai akhir azan. Rasulullah membenarkan mimpi itu, maka kalimat yang ada dalam mimpi Abdullah bin Zaid itu menjadi sarana untuk menandai waktu salat. Bilal menjadi orang pertama yang mengumandangkannya.
Yang Mana Tuntunan, Yang Mana Budaya
“Dilihat dari semantiknya azan jelas tuntunan. Kalau bicara lagam azan, baru itu produk budaya. Karena pada kenyataannya azan di setiap tempat itu berbeda,” ujar Ahmad Fuad pengamat budaya dari UIN (Universitas Islam Negri)Bandung, Senin (10/9). “Hanya dengan perkembangan media ada yang disebut hegemoni (penyamaan), jadi karena efek media tersebut bahkan azan di Tasik dan di Saudi bisa sama.”
Pernah mendengar azan pitu? Tradisi azan ini sangat unik karena dilakukan oleh tujuh orang muslim secara bersamaan. Azan pitu hanya ada di sebuah masjid yang terletak di sebelah barat alun-alun Keraton Kesepuhan Cirebon, Masjid Sang Cipta Rasa.
Tradisi ini telah berlangsung selama lima ratus tahun! Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi muazin azan pitu. Namun, sebagian besar muazin merupakan keturunan dari muazin azan pitu sebelumnya.
“Itu jelas adalah produk budaya. hanya jika kita berbicara soal azan pitu, kita harus tahu dulu bagaimana sejarah azan pitu, siapa yang mengajarkannya, apa maknanya,” ujar Ahmad.
Literatur mengenai sejarah perkembangan azan memang sulit ditemukan. Kebanyakan buku-buku yang ada cenderung membahas tentang sejarah penyebaran agama Islam dan Kerajaan Islam di Indonesia. Padahal perjalanan azan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Wallahu A’lam Bishawab[Tr]

Memahami Kemarau Kering 2012


Kemarau kali ini diberitakan cukup kering. Kebakaran hutan dan lahan mudah terjadi karena keringnya rumput dan semak yang mudah terbakar. Danau atau waduk yang menyusut airnya terjadi di berbagai daerah. Diberitakan warga di beberapa daerah mulai kesulitan mendapatkan air. Sebenarnya kemarau kali ini bukanlah kemarau berkepanjangan, seperti sering diberitakan oleh beberapa media, karena saat ini memang masih musim kemarau. Hal yang sering ditanyakan adalah mengapa kemarau kali ini begitu kering dan kapan akan berakhir? Sebab utama kemarau kering adalah berkurangnya curah hujan dan minimnya massa uap air akibat mendinginnya laut di sebagian besar wilayah Indonesia. Sebab lainnya adalah rusaknya lingkungan sehingga cadangan air tanah menjadi berkurang drastis.
a
(Gambar: trmm.gsfc.nasa.gov) 
Data curah hujan dari satelit TRMM menunjukkan di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi selama Agustus sampai awal September curah hujan di bawah rata-rata (ditandai dengan warna kuning sampai coklat). Mengapa itu bisi terjadi? Dengan pengetahuan sains atmosfer, mari kita memahami terjadinya kemarau yang kering. Ini berbeda dengan kemarau 2010 yang cenderung basah (Bacahttp://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/07/09/memahami-kemarau-basah-2010/).
Musim kemarau di Indonesia adalah kondisi periodik tahunan yang terjadi ketika matahari berada di belahan utara, yang normalnya terjadi antara Juni – Agustus.  Dengan pemanasan di belahan utara, maka tekanan udara di belahan Utara yang mengalami musim panas  menjadi lebih rendah daripada di belahan Selatan yang mengalami musim dingin. Dengan perbedaan tekanan udara itu, maka udara berpindah dari belahan Selatan ke Utara berupa angin musiman (angin monsun). Namun, arah pergerakan angin tidak lurus dari Selatan ke Utara, karena bumi kita berputar pada porosnya. Efek koriolis akibat rotasi bumi menyebabkan angin di belahan Selatan ekuator bergerak dari arah Tenggara ke Barat Laut. Kemudian setelah melintasi ekuator, angin membelok ke arah Timur Laut. Variasi arah angin di beberapa lokasi di pengaruhi oleh faktor tekanan udara lokal atau efek dinamika udara lokal.
a
Gambar aliran angin pasat dari belahan Selatan bergerak dari arah Tenggara lalu membelok ke arah Timur Laut. Pola angin seperti itu adalah pola normal selama kemarau. Pola-pola pusaran menunjukkan kondisi tekanan udara rendah (Low, L), tekanan udara tinggi (High, H), atau dinamika di wilayah peralihan di sekitar ekuator karena pusaran eddy (E).  Angin dari belahan Selatan tidak terus ke arah ktub Utara. Menjelang lintang menengah ada juga angin pasat yang bergerak dari Timur Laut ke arah Barat Daya. Angin dari belahan Utara ini kemudian berkonvergensi (menyatu)  menyebabkan udara hangat menaik sambil membawa uap air yang membentuk awan konveksi yang menjulang.  Wilayah pertemuan angin dari belahan Selatan yang dingin dengan angin dari belahan Utara yang hangat menyebabkan terjadinya daerah pembentukan awan yang aktif yang dinamakan ITCZ (Intertropical Convergence Zona, Zona Penyatuan Wilayah Tropis) yang sering juga disebut oleh para pelaut sebagai “Doldrums”.
a
a
(Dari http://www.ux1.eiu.edu/~cfjps/1400/circulation.html)
Dari Wikipedia
Dari Wikipedia
ITCZ yang tampak sebagai gugusan awan yang tebal umumnya mengikuti wilayah daratan membentang mengelilingi bumi. Di wilayah ITCZ itu sering terjadi pusat badai tropis. Itu sebabnya sekitar Juli-Agustus merupakan musim badai tropis di sekitar Filipina sampai China.  ITCZ mencapai posisi paling Utara sekitar bulan Juli yang dari segi waktu merupakan puncak musim kemarau. Dengan bergesernya daerah konvergensi ke Utara, maka daerah pembentukan awan di wilayah Indonesia juga berkurang. Inilah yang menyebabkan berkurangnya hujan saat msuim kemarau. Kemudian ITCZ akan kembali bergeser ke Selatan secara perlahan.
Dari http://moklim.dirgantara-lapan.or.id/content/ir1-overlay dengan penambahan gambaran ITCZ
Dari http://moklim.dirgantara-lapan.or.id/content/ir1-overlay dengan penambahan gambaran ITCZ
Sampai awal September ini ITCZ masih berada di Utara wilayah Indonesia. Itu pula sebabnya peluang hujan masih rendah di wilayah Indonesia karena daerah pembentukan awan masih di luar wilayah Indonesia. Efek kekeringan bukan hanya disebabkan bergesernya daerah pembentukan awan secara reguler ke Utara, tetapi yang juga harus diperhatikan adalah massa uap air yang dibangkitkan oleh pemanasan laut di sekitar Indonesia. Ketika laut di wilayah Indonesia relatif lebih dingin dari rata-rata, maka peluang pembentukan uap air pun menjadi minim.
Dari http://www.ncdc.noaa.gov/oa/climate/research/sst/weekly-sst.php
Dari http://www.ncdc.noaa.gov/oa/climate/research/sst/weekly-sst.php
Data  satelit menunjukkan pada akhir Agustus 2012,  suhu permukaan laut di sekitar Indonesia lebih dingin dari rata-rata (ditunjukkan dengan warna hijau sampai biru muda) sehingga pembangkitan uap air di wilayah Selatan Indonesia menjadi sangat minim, di bawah rata-rata. Itu pula yang menyebabkan  kemarau 2012 menjadi kemarau yang kering.
Kapan akan berakhir? Secara normal, September – November adalah masa peralihan ketika matahari mulai bergerak ke Selatan. Itulah musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. ITCZ mulai bergeser ke Selatan. Daerah pembentukan awan mulai kembali memasuki Indonesia yang menandai berakhirnya  musim kemarau. Pada musim pancaroba hujan sesekali turun, walau kadang bersifat lokal. Kemudian secara normal Desember-Februari  akan menjadi musim hujan ketika ITCZ berada di wilayah Indonesia. Namun, bila kondisi suhu permukaan laut di sekitar Indonesia masih relatif dingin di tambah efek El Nino lemah (ditandai dengan suhu permukaan laut di Pasifik yang relatif tinggi, lihat peta anomali suhu permukaan laut di Pasifik yang berwarna merah), maka massa uap air pembentuk awan cenderung berkurang juga. Kalau itu masih terjadi, maka diprakirakan akhir musim kemarau pada umumnya agak tertunda.  Namun, berakhirnya musim kemarau setiap daerah akan dipengaruhi juga oleh kondisi lokal yang terkait dengan faktor-faktor pembentukan awan dan penyebarannya. Jadi, memantau pergeseran ITCZ bisa membantu memprakirakan secara garis besar masuknya musim hujan, walau variasi tiap daerah bisa saja terjadi tergantung kondisi lokalnya.
T. Djamaluddin, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, LAPAN

Monday, September 10, 2012

Rantai Kumandang Azan Tak Pernah Putus



Foto dari: http://blogmayada.blogspot.com
Hingga saat ini azan masih bisa kita dengarkan kumandangnya. Begitu pun di penjuru dunia lainnya. Tidak bisa kita hitung lagi berapa kali azan berkumandang sejak pertama kali Bilal bin Rabbah mengumandangkannya.
Perbedaan waktu antara satu tempat dengan tempat lain membuat azan menjadi tidak berhenti berkumandang. Contohnya saja, setelah azan magrib berkumandang di Sumatra, azan isya mulai berkumandang di Sulawesi. Mari simak selengkapnya.
Proses ini berlangsung dari arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara barat dan timur pulau di Indonesia adalah satu jam. Jadi, setelah azan berkumandang di Sulawesi, satu jam kemudian azan berkumandang di Jakarta, disusul kumandang azan di Sumatra. Belum berakhir di Indonesia, azan sudah berkumandang di Malaysia.
Selanjutnya Burma. Setelah itu, dalam beberapa jam dari Jakarta, azan sudah berkumandang di Dacca, ibukota Bangladesh. Dari Bangladesh dilanjutkan azan di bagian barat India, dari Kalkuta terus Sinanggar. Kemudian menuju Bombay dan menyebar di seluruh kawasan India.
Sebuah kota di Pakistan utara, Sinagar dan Sialkot memiliki perbedaan waktu empat puluh menit dengan Kota di Bluchistan, provinsi di Pakistan. Dan dalam waktu itu sudah dapat terdengar azan subuh. Sebulum selesai disitu, azan sudah berkumandang di Afganistan dan Muscat.
Satu jam berikutnya azan berkumandang di Makkah, Madinah, Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak. Bagdhad dan Iskandariayah di Mesir memiliki perbedaan waktu satu jam. Dan selama jam itu pun azan berkumandang di Siria, Mesir, Somalia, dan Sudan.
Karena Iskandariyah dan Tripoli, ibu kota Libiya memiliki lokasi waktu yang sama, jadi proses panggilan salat terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Hingga sampailah kumandang azan yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia di pantai timur Samudera Atlantik.
Sebulum kumandang azan tiba di pantai Atlantik, terlebih dulu azan duhur berkumandang di kawasan timur Indonesia dan sebelum mencapai Decca, azan asar telah berkumandang. Begitu azan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu magrib menyusul.
Tidak lama setelah waktu magrib mencapai Sumatera, azan isya telah dimulai di Sulawesi. Bila di Indonesia dikumandangkan azan subuh, maka di Afrika dikumandangkan azan isya. Begitulah kalimat-kalimat tauhid dan kenabian Rasulullah SAW yang tak pernah sepi dikumandangkan di dunia.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.” Surat Shaad ayat 27. Subhanallah, sungguh Allah tidak membuat hal secara kebetulan. Selama bumi masih berputar, selama itu pun pula azan tidak pernah berhenti berkumandang di muka bumi. Dalam hal seperti ini yang mungkin selama ini tidak kita perhitungkan, ternyata semua dibuat luar biasa oleh-Nya. Maka, masih adakah yang membuat kita ragu kepada-Nya?[Tr]

*Dari berbagai sumber

Friday, September 7, 2012

Bunga Bank = Riba?




BUNGA BANK = RIBA?

COMING SOON ON OCTOBER
#KM3_ITB

Lima Langkah untuk Meraih Akhlaq Mulia

#Lima Langkah untuk Meraih Akhlaq Mulia

Oleh: Abu Umar Al Bankawy

Akhlaq yang mulia bisa dimiliki apabila seseorang berusaha keras memperbaiki serta membiasakan diri agar memperolehnya. Allah ta’ala berfirman :

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al Ankabuut: 69)

Akhlaq yang mulia bisa diperoleh dengan usaha-usaha sebagai berikut:

#Pertama:
Hendaknya seseorang senantiasa memperhatikan dalil-dalil dari Al Quran dan As Sunnah yang berkaitan dengan keutamaan akhlaq yang terpuji.
seperti firman Allah ta’ala :

“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang jujur, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali Imran: 17)

“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al Furqan: 63)

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Al Furqan: 72)

Demikian juga dia melihat apa yang datang dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti,

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya”. (Muttafaqun ‘alaihi).

“Sesungguhnya, di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan majelisku di hari kiamat nanti adalah orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Dengan memperhatikan dalil-dalil seperti ini maka seseorang akan terpacu untuk berakhlaq mulia.

#Kedua:
Berteman dengan orang-orang shalih yang berakhlaq mulia, yang dikenal dengan ilmu dan amanahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Permisalan teman yang baik dan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, Adapun penjual minyak wangi maka mungkin saja dia menghadiahimu minyak wangi, atau engkau dapat membeli minyak wangi darinya, atau setidaknya engkau dapati aroma yang harum darinya. Adapun si pandai besi, mungkin saja dia membakar bajumu, atau setidaknya engkau akan mencium aroma tak sedap dari dirinya.” (HR. Al Bukhari)

Maka hendaknya seseorang yang ingin untuk memiliki akhlaq yang mulia berteman dengan orang yang dikenal berakhlak baik yang dapat menolong memperbaiki akhlaqnya dan menjauh dari teman yang berakhlak jelek dan sering melakukan perbuatan yang hina.

#Ketiga:
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang diakibatkan oleh akhlak yang buruk, karena akhlak yang buruk dibenci, dan buruk akhlak itu dijauhi, dan buruk akhlak itu disifati dengan sifat yang jelek.
Allah berfirman,

“Maukah aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap affak (pendusta) lagi atsim (yang banyak dosa), Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (Asy Syu’ara: 221-223)

Maka jika seseorang mengetahui bahwa berakhlak buruk itu mengantarkan kepada hal ini, maka hendaknya ia menjauhinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Al Bukhari)

#Keempat:
Hendaknya dia senantiasa menghadirkan dalam benaknya gambaran akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Allah ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)

#“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al Qalam: 4)

Kelima :
Senantiasa berdoa, meminta kepada Allah agar dianugerahi akhlaq yang mulia

Beberapa doa yang warid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam di antaranya adalah sebagai berikut,

“Ya Allah Engkau telah memperbagus penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

“Ya Allah berilah petunjuk kepadaku untuk berbuat sebaik-baik amalan, sebaik-baik akhlak, tidak ada yang bisa menunjuki untuk berbuat sebaik-baiknya kecuali Engkau. Dan lindungi kami dari jeleknya amalan dan jeleknya akhlak, dan tidak ada yang melindungi dari kejelekannya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa’i)

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kemungkaran-kemungkaran akhlak, amalan-amalan, hawa nafsu, dan penyakit-penyakit.” (HR. AtTirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Referensi:
Makarimul Akhlaq, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Qutufun min Syamaaili Muhammadiyyah, Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Reuni KM3

Assalamualaikum.

Kawan-kawan yang diberkahi Allah, InsyaAllah hari Sabtu Pekan depan (15 Septemmber 2012) KM3 ITB mengadakan reuni.
Acara ini diselenggarakan untuk melaksanakan ibadah silaturahmi dan sharing KM3.
InsyaAllah tempatnya di Study Hall, mulai pukul 09.00

Terima kasih atas perhatiannya.
Semoga dimudahkan untuk datang :)



Wednesday, September 5, 2012

Mana yang Lebih Baik, Mendahulukan Puasa Syawal atau Membayar?

Gambar dari http://hajahsofya.blogspot.com
Puasa Syawal merupakan puasa yang berpahala serupa dengan puasa non stop selama satu tahun. Merupakan sebuah karunia jika kita dapat menyanggupi berpuasa enam hari di bulan Syawal tersebut. Namun, bagi kaum perempuan, “hutang” puasa yang belum terbayar pada bulan Ramadan kemarin terkadang menjadi pertimbangan pelik. Lebih baik puasa Syawal yang rentang waktunya hanya satu bulan? Atau puasa qadha yang rentang waktunya panjang (sampai akhir bulan Sya’ban depan)?
Jika dilihat dari segi yang paling baik, puasa qadha lebih utama. Hal ini karena membayar puasa Ramadan itu hukumnya wajib. Ibadah wajib, apapun statusnya tentu lebih tinggi daripada ibadah yang sunah.
Memang, ada beberapa orang yang mengatakan lebih baik puasa Syawal dulu. Ini karena rentang waktunya terbatas satu bulan saja. Sedangkan puasa qadha masih panjang waktunya. Dapat disimpulkan, mereka melihatnya dari segi pertimbangan waktu.
Hanya saja, terdapat kelemahan jika kita mengacu pada pertimbangan waktu. Kita tidak mengetahui kapan hidup kita berakhir. Pertimbangan bahwa mendahulukan membayar puasa Ramadan ketimbang puasa Syawal mengacu pada poin ini.
Kaidah-kaidah fiqih mengenai mendahulukan puasa qadha dapat disarikan dari fiqih prioritas. Ketika bertemu dengan beberapa pilihan amal, kaidah fiqih menjadi panduan bagi kita untuk memilih. Kaidah-kaidah fiqih prioritas bersumber dari saripati ayat-ayat suci Alquran, hadis, serta atsar sahabat.
Pertimbangan prioritas dapat pula dilihat dari hadis riwayat Muslim, “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan kemudian menyusulkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka bagaikan telah berpuasa sepanjang tahun.”
Para ulama menjelaskan bahwa yang benar adalah tidak boleh berpuasa Syawal sebelum membayar utang puasa Ramadannya, dengan alasan perkara wajib harus didahulukan daripada yang sunah. Oleh karena itu, dengan menyegerakan pelunasan utang puasa Ramadan berarti menyegerakan ketaatan yang lebih prioritas.
Dalam hadis tersebut dijelaskan, puasa Syawal mengikuti ( fa’atba’ahu ) puasa Ramadan, bukan sebaliknya. Memang, keutamaan puasa Syawal bagaikan telah berpuasa selama setahun. Namun, tentu dengan catatan jika dikerjakan setelah menyempurnakan puasa Ramadan terlebih dahulu. Wallahu a’lam bish-shawab.
*Berdasarkan hasil wawancara dari Ustad Yajid Kalam dan Konsultasi AgamaRepublika, Senin, 5 September 2011


Sunday, September 2, 2012


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons