Tuesday, July 31, 2012

Hormon Cinta dan Kinerja Otak Meningkat Saat Berpuasa


Posted: 27 Jul 2012 08:09 AM PDT
Foto dari: http://th05.deviantart.net
Ramadhan penuh cinta ternyata bukan hanya disebabkan faktor psikologis kejiwaan. Hal ini juga bisa dibuktikan dari sisi biologis. Kinerja otak serta perilaku alam bawah sadar dapat menjadi lebih baik karena aktivitas puasa di bulan Ramadan.
dr. Tauhid, salah satu dosen Fakultas Kedokteran Unisba mengatakan, dengan berpuasa kita akan menjalani pola hidup baru. Pola baru ini akan menjadi acuan untuk mengoptimalkan siklus sikardian. Siklus sikardian merupakan jam biologis yang mempengaruhi pola tidur seseorang.
“Pola baru tersebut antara lain bangun sepertiga malam, serta menahan nafsu dasar seperti makan minum dan syahwat,” ujar Tauhid.
Siklus sirkadian yang optimal akan menurunkan kadar hormon stres. Kemudian, siklus tersebut digantikan dengan peningkatan hormon tenang dan hormon cinta. Selanjutnya, kadar hormon stres turun dan digantikan oleh peningkatan hormon tenang dan hormon cinta.
“Puasa melatih kita untuk merubah tekanan menjadi energi perubahan,” simpul Tauhid.
Pada mulanya, siklus sikardian ditandai dengan terjaganya hormon cemas; ACTH dan kortisol, setelah kita melalui minggu pertama. Saat tumbuhan tidur, berespirasi, dan tidak berfotosintesa maka kadar oksigen lingkungan akan turun disaat menjelang fajar. Kondisi ini akan mendorong respon manusia untuk menurunkan basal metabolic rate dan tidur yang dalam dengan nafas yang lambat.
Saat kita diminta bangun maka tahap awal akan terjadi penolakan dan muncul tekanan. Pengelolaan penolakan dan tekanan ini adalah proses riyadah atau pelatihan yang komprehensif. Baru pada selanjutnya akan terjadi buah dari proses tersebut yang telah di sebutkan tadi, yaitu penurunan hormon stres yang digantikan dengan meningkatnya hormon tenang dan hormon cinta.
Aspek lain yang terlibat saat puasa adalah kinerja otak. Pengaturan pembatasan asupan kalori mampu mengubah struktur otak. Penjabarannya seperti ini, aktivitas puasa mengharuskan kita melakukan rutinitas sahur, tidak makan serta minum dan mengontrol nafsu dari mulai terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Secara simultan, otak akan merekam segala kegiatan yang kita lakukan. kegiatan tersebut  berkaitan dengan sifat otak yakni neuroplastisitas. Maka dari itu, dari puasa tadi sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang baru. Dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan minimal 21 hari.
“Ringkasnya apabila seseorang melakukan perbuatan baik (puasa) secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah,” papar Tauhid.
Penelitian yang terakhir datang dari Harvard university. Seorang psikiater Harvard, John Rately melakukan percobaan dengan alat Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI). Hasilnya menunjukkan, pengaturan dan pembatas kalori dalam puasa meningkatkan kinerja otak.[Tr]

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons