Wednesday, October 24, 2012


Friday, October 19, 2012

Marketer pun Tertipu Promo




Seorang marketer yang sangat pintar meninggal dunia. Pada saat pengadilan akhirat dimulai, ia pun akan dilihat seberapa banyak pahala dan dosanya di dunia. Setelah ditimbang, ternyata dosa dan pahalnya seimbang. Lalu terjadilah percakapan antara malaikat dan marketer itu.

"Wahai malaikat, saya tak mau begitu saja masuk surga atau neraka sebelum saya mencoba melihatnya terlebih dahulu. Saya tak ingin seperti membeli kucing dalam karung," ucap si Marketer.

"Oh, jadi kau seorang marketer andal. Baiklah, akan aku kabulkan permintaanmu, sebelum kau memutuskan mau masuk ke mana. Jadi kau mau melihat apa ?" tanya Malaikat.

"Karena kita sudah di depan surga, maka aku mau melihat isi surga," jawab si Marketer dengan lantang.

Lalu mereka berdua pun masuk menuju surga,, tempat paling indah, pilihan pertama si Marketer. Si Marketerpun terkesima dengan isi surga yang sangat indah, ada sungai jernih yang mengalir, pepohonan dan buah-buahan segar, serta suasana yang tenang dan sejuk.

"Jadi kau mau pilih surga ? Kau pasti akan menyukai tinggal disini," saran si Malaikat.

"Sesuai dengan perjanjian kita tadi, aku mau melihat setiap sisi surga dan neraka sebelum aku memilih."

Kemudian mereka berdua berjalan menuju neraka. Si Marketer semakin terkesima melihat suasana riuh neraka yang sepertinya menyenangkan si Marketer. Saat itu ada pesta, banyak wanita seksi yang berjoget bersama banyak pria, makanan lezat, dan musik yang asik untuk berjoget.

Akhirnya, si Marketer pun memilih untuk masuk neraka, karena ia sangat ingin berpesta bersama para wanita cantik itu. Setelah serah terima antara malaikat dan iblis, maka si Marketer pun masuk ke neraka. Ia pun menerima cambukan, deraan, siksaan. Ia juga dirantai dan dibakar dengan api neraka. Ia pun protes kepada si Iblis mengenai apa yang ia dapatkan.

"Hei, Iblis ! Mana pesta seperti yang kau tunjukkan waktu aku melihat neraka ? Mana wanita-wanita cantiknya ?" tanya si Marketer dengan marah.

"Oh, yang itu ? Itu hanya promosi, iklan, dan event yang juga dikerjakan oleh tim marketer yang lain supaya kau masuk ke sini," jawab si Iblis dengan terseyum simpul.
Cerita 47 Marketeers Oktober 2012

Tuesday, October 9, 2012

Antara Rokok dengan Kurban


Gambar dari: scienceclarified.com

Oleh: Imamal Muttaqienpegiat unit literasi Aksara Salman ITB

Sebenarnya tulisan ini nyambung-nyambung tulisannya Bung Darwis Tere Liye. Ia mengatakan aneh jika ada orang yang menghabiskan pulsa lebih dari 100 rupiah per bulan tapi tidak bisa berkurban.
Saya memakai metode analisis yang sama, begitupun dengan semua argumen yang ada. Marilah kita bandingkan antara kurban dengan rokok. Dan rasanya jauh lebih aneh dengan hal ini, yaitu orang mampu merokok lebih dari satu bungkus sehari, tetapi tidak pernah berkurban dengan alasan tidak mampu.

Alasan saya memilih menghubungkan dengan rokok karena saya melihat banyak sekali orang merokok. Bukan hanya golongan menengah ke atas saja seperti yang ada di catatan Bung Darwis. (Sebenarnya banyak hal lain yang dipaksakan sebagai kebutuhan pokok kan?). Akhirnya, saya googling ke sana ke mari untuk mencari anggaran belanja rokok penduduk Indonesia. Hasilnya, saya memperoleh angka yang cukup fantastis yaitu 100 triliyun pada tahun 2011.

Bayangkan. Seratus triliyun yang kurang lebih 1/16 APBN Indonesia dan diperkirakan tahun ini akan naik kira-kira 10 persen dihabiskan untuk rokok. Saya jadi berpikir, pantas saja semua acara bola yang ada di Indonesia disponsori oleh perusahaan rokok. Konser-konser musik juga oleh rokok, dan masih banyak yang lain. Iklan rokok yang tayangnya pukul 10 malam ke atas saja keren-keren. Durasinya selalu panjang.
Harga kambing yang sudah memenuhi syarat untuk dikurbankan kira-kira hanya 1,25 juta untuk tahun ini. Andai saja konsumsi rokoknya dikurangi 10% saja digunakan untuk kurban, coba hitung jumlah kambing yang bisa dikurbankan tiap tahun oleh penduduk Indonesia? Tentu dengan kalkulator kita akan mudah menemukan jawabannya. Angka 10% ini saya ambil dengan asumsi kasar saja, hanya golongan yang mampu merokok lebih dari 1 bungkus saja dalam sehari dan muslim (penduduk muslim Indonesia lebih dari 80% dan anggap saja sebaran perokoknya merata).

Bisa kita bayangkan dampak sosial ekonomi dari 10% ini kan? Saya cukup yakin jika berkurban ini sudah menjadi prioritas (selain zakat), maka rasa-rasanya Indonesia ini bakalan lebih kuat secara ekonomi dan pangan, bakalan bisa lebih mandiri. Saya ingat sekali waktu masih bersekolah di SMA Semesta Semarang (salah satu sekolah yang bekerjasama dengan Yayasan Pasiad Turki). Kesadaran muslim Turki sudah jauh lebih baik dari kita soal berkurban, sehingga sekolah saya waktu itu menerima impor daging kurban orang Turki. Terlalu banyak daging kambing hasil kurban orang Turki, maka saya menjadi eneg dengan bau daging kambing, haha.

Saya di sini tidak sedang berbicara mengenai halal haram rokok atau bahaya kesehatan dari rokok. Kedua hal itu bukan bidang poin saya menulis ini. Jelaslah jika kita berkurban dengan ikhlas, maka balasan di akhirat akan jauh-jauh lebih besar daripada 10% uang rokok yang dihabiskan oleh masing-masing orang tersebut? Toh, hanya 10% yang tentu tidak akan begitu merugikan petani tembakau dan segala hal yang berkaitan dengan pabrik rokok, iya kan?
Anyway, selamat berkurban.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons